Selasa, 17 Desember 2013

Tahu Cara Kerja "Syaraf Penulisan" Ciptakan Kegembiraan & Produktifitas Menulis Buku



Tahu Cara Kerja “Syaraf Penulisan” Ciptakan Kegembiraan & Produktifitas Menulis Buku
Menulis buku mudah, asal tahu cara kerja otak (Mind Writing) dalam proses penulisan. Terlebih menulis buku yang membutuhkan banyak pengorganisasian. Studi “Syaraf Penulisan” membuktikan, bahwa cara NEUROwriting ini lebih efektif untuk menciptakan kegembiraan dan produktifitas dalam menulis buku. Menulis buku tak perlu lama-lama, 5 hari cukup jika NEUROwriting sudah mentradisi dalam diri penulis.
“Bahkan menyelesaikan sebuah buku dalam tidur pun bisa, dari Judul hingga Finish, ketika kepenulisan Neurowriting terlembaga dengan baik. Model Neurowriting, bukanlah belajar teori menulis, tapi tentang Learn how to Learn, belajar tentang bagaimana cara (kerja) jiwa dalam menulis. Kalau Anda bisa merasakan bagaimana cara ‘Syaraf Penulisan’ Anda bekerja, maka Anda akan lebih produktif dalam menulis, menulis tak perlu berbulan-bulan.” Kata Herien Priyono, penulis buku MIND WRITING kepada Kompasiana, Minggu (21/10) disela-sela persiapan diskusi dan Lokakarya NEUROwriting, yang akan diselanggarakan oleh Pusat Pelatihan Pascasarjana Yogyakarta, bekerjasama dengan Kelompok Studi NEUROwriting Club Yogayakarta, Pandaftaran online Lokakarya Komunitas Studi “Syaraf penulisan” ini dapat diasearch di Google, dengan kata kunci “syaraf penulisan”, atau tlp secretariat panitia di (0274) 9326672 .
Diskusi yang mengusung thema”Melalui Proses “Praksis-Klinis” Raih Produktifitasnulis.” selain akan diikuti oleh anggota NEUROwriting Club ini, juga terbuka untuk umum yang berminat jadi penulis buku produktif, setiap hari Senin hingga Minggu, di Kersan Art Studio (eks Sanggar Jaduk) Kampung Kersan, Kasihan Bantul.
Buku MIND WRITING, dan “versi klinis”-nya ini lahir dari keprihatinan atas rusaknya pengembangan literasi bangsa Indonesia, terutama oleh pengaruh pola pengajaran bahasa Indonesia di sekolah.
Mengapa sekolah gagal mendidik siswanya untuk gemar menulis?.
Sebab guru salah dalam cara membuka kesenangan menulis para siswanya. Pola pelajaran “anatomi kalimat” (tata bahasa) yang mempreteli bahasa, seperti cara belajar anak IPA membedah anatomi katak, bahasa dipotong-potong, membedah elelem “di-ke-ter-dari”, mana subyek mana predikat dsbnya yang sangat akademis, membuat minat siswa kepada bahasa –dan ujungnya kesenangan mengarang—padam.
“Memang, dalam tutur bahasa ada elemen Subyek-Predikat, ada intonasi, diksi, strategi membangun paragraph dan sejenisnya, yang memuaskan nafsu intelektual orang dewasa, tapi memadamkan kalbu siswa. Pelajaran bahasa jadi streril dan kering. Apalagi sekarang, sastra dikucilkan dan dipersempit.”
Para guru TK jaman dulu, demikian pun ibu-ibu kita tak pernah belajar tata bahasa dalam mendidik anak-anaknya. Tapi KEPEDULIAN dan KOMITMEN dalam jiwanya yang menuntunnya melahirkan keindahan bahasa dalam komunikasi.
Bila komitmen dan kepedulian mendalam sudah melekat, maka “keindahan bahasa” sebagai ungkapan hati akan muncul dengan sendirinya. Saat jiwa memberi “rukh” kepada kata-kata yang lahir dari komitmen dan kepedulian maka kata-katapun tergerak hidup, datang membawa arahnya sendiri, menggerakan dan menentramkan.
“Anak-anak jaman sekarang tidak terlatih memproduksi kata-kata berbudi, karena mereka tidak dididik oleh para guru yang di dalam hatinya penuh kepedulian dan komitmen pada nilai kehidupan, tapi dipenuhi oleh perhelatan kejar setoran menghabiskan kurikulum”
.
Tentang Klinik Penulisan
Lebih juauh , Herien membandingkan dengan dinamika kehidupan di kelas.
Dalam kelas yang sekilas nampaknya seragam tersebut, sebenarnya terdapat banyak perbedaan ‘bakat alam” yang asasi dari setiap anak. Misalnya, mereka siswa yang tipe belalajarnya psikomotorik, akan cenderung memainkan ballpointnya, mengetuk-ketuk meja dan tidak bisa diam. Sedang mereka yang berbakat visual, cenderung melihat keluar jendela, mencari pegangan visual. Oleh karena itu proses pembelajaran yang menggunakan vareasi multi media akan membuat tipe pembelajar visual merasa gembira dalam belajar. Hanya anak yang auditif, cenderung tertib duduk, menyimak.
“Semua tipe belajar ini menuntut perlakuan dan strategi pembelajaranyang berbeda-beda. Itulah yang disebut ”klinik kelas”, yaitu pendidik mampu melihat adanya berbagai vareasi perbedaan asasi setiap pembelajar.”
Guru yang baik harus mampu mengorkestrakan ini.
Begitu pun dalam proses penulisan.
Dalam menulis terdapat juga apa yang disebut “Klinis-penulisan”, yang berkaitan dengan pengenalan berbagai “syaraf penulisan” yang bekerja dalam jiwa ketika orang sedang menulis, syaraf penulisan di sini dikenalkan bukan sebagai teori menulis, tetapi sebagai praksis (kegiatan terstruktur) untuk memahami cara jiwa bekerja dalam menulis.
Melalui praksis ini –dan dengan bantuan instruktur—siswa dibantu “memahami” dan pada gilirannya “merasai” cara kerja jiwa (peran “syaraf penulisan”) dalam melahirkan karya penulisan terutama buku –sebagai produk yang membutuhkan pengorganisasian yang kompleks, dengan cara yang aplikatif, mudah dirasakan, menyenangkan dan mencerahkan.
Pada hakekatnya bermacam jenis “Syaraf penulisan” ini dapat dan perlu dipahami dan dilatih fungsinya secara berkelanjutan agar kegiatan menulis (mengarang) dapat menjadi kegiatan yang menyenangkan dan mencerahkan bagi para siswa.
“Jadi syaraf penulisan di sinilebih sebagai proses learn how to learn (belajar tentang bagaima cara kerja jiwa dalam menulis sehingga ia mampu mengelola dirinya untuk produktif –sebagai proses rekreasi–menulis dalam keadaan apapun sepanjang hayat, berefleksi untuk dirinya dan masyarakatnya.
Mencontohkan apa yang dimaksud “Syaraf penulisan”, penulis buku Mind Writing ini menunjuk kegiatan orang mancing. Meski semua orang suka makan ikan, tapi tak semua orang suka cara mendapatkan ikan –misalnya dengan memancing, terlebih mancing di laut, malam hari lagi.
Memancing butuh “kesabaran”. Sabar untuk menunggu, sabar untuk menanggung ketidakpastian (dapat ikan atau tidak), bahkan sabar untuk menghadapi resiko tidak dapat apa-apa.
Contoh lain, puasa yang dalam agama diklaim Allah, “Puasa itu untukKU”, puasa juga disebut menguatkan mu (manusia), dan puasa diartikan juga “menahan diri” yang bayaran terindah di dunia, akan bertemu dengan Tuhannya yaitu di saat seteguk air masuk ke tenggerokannya. Meski mudah, tapi tidak semua orang bias sukses “Manahan diri” ini buktinya, banyak orang yang ketika berpuasa hanya mendapat lapar dan dahaga.
Tiga hal ini (mancing, puasa) menuntut kesabaran, ketahanan, kayakinan –tiga elemen “abstrak” yang tak kentara, tapi jika “daya tahannya” tidak ada, maka seseorang tidak mampu menjalankannya.
Ini adalah “syaraf kejiwaan”, riil ada meski tak kelihatan (yangible/intangible), demikian juga keadaan klinik penulisan –ketika seseorang sedang menulis—bergerak berbagai bentuk “Syaraf penulisan” yang jika tidak terlatih secara benar, terstruktur, tersadarkan, dan terpetakan, para penulis tidak akan mencapai makom kepenulisan yang tertinggi, yaitu ketika ia “bertemu dengan Tuhannya”
Know How it Works "Neural Writing" Create Joy & Productivity Writing Books

Writing a book is easy, just so you know how the brain works (Mind Writing) in the writing process. Moreover, writing a book that takes a lot of organizing. The study "Neural Writing" proves, that this NEUROwriting more effective way to create excitement and productivity in writing the book. Writing a book does not have to stay long, 5 days is enough if NEUROwriting been a tradition within the author.
"Even finishing a book in bed can be, from the title to the Finish, when authorship Neurowriting well institutionalized. Neurowriting models, not the theory of learning to write, but about Learn how to Learn, learn about how to (work) life in writing. If you can feel how to 'Neural Writing' your work, then you will be more productive in writing, no need to write for months. "Said Herien Priyono, author of MIND WRITING to Kompasiana, Sunday (21/10) during the preparation NEUROwriting discussion and workshop, which will diselanggarakan by the Graduate Training Center Yogyakarta, in collaboration with Study Group NEUROwriting Club Yogayakarta, online file foreign Study Community Workshop "Neural writing" can diasearch in Google, the keyword "nervous writing", or phone the committee secretariat in (0274) 9326672.
The discussion that carries the theme "PROCESS THROUGH" PRAXIS-CLINICAL "ACHIEVE PRODUKTIFITASNULIS." Apart will be followed by the members of this Club NEUROwriting, also open to the public who are interested so prolific author, every Monday through Sunday, in kersan Art Studio (former Studio Jaduk ) Kampung kersan, Poor Bantul.
MIND WRITING books, and "clinical version of" The birth of his concern over the destruction of Indonesia literacy development, especially by the influence of the pattern of Indonesian language teaching in schools.
Why do schools fail to educate their students to love writing?.
Because one of the teachers in how to open a pleasure writing students. Patterns lesson "anatomy sentence" (grammar) that dismantling the language, such as how children learn science dissected frog anatomy, language dismembered, dissected elelem "in-to-ter-of", where subjects which are very academic equivalent predicate, making interest of the students to the language-and end-authored pleasure extinguished.
"Indeed, there are elements in said language Subject-Predicate, no intonation, diction, paragraph building strategies and the like, which satisfy the intellectual appetite adults, but putting out the hearts of students. Language lessons so sterile and dry. Especially now, literary isolated and narrowed. "
The kindergarten teacher earlier times, so even our mothers never learned grammar in educating their children. But in the spirit of awareness and commitment that led him bore the beauty of language in communication.
When deep commitment and concern has been attached, the "beauty of language" as an expression of the heart will appear by itself. When life gives "Rukh" the words that were born from the commitment and concern for the word-word moved life, come bring their own direction, moving and reassuring.
"Kids today are not trained to produce virtuous words, because they are not educated by teachers who in his heart of caring and commitment to the value of life, but filled event spent chasing payment curriculum"
.
On Writing Clinic
More juauh, Herien compared with the dynamics of life in the classroom.
In the classroom the uniform seems fleeting, in fact there are many differences 'natural talent' rights of every child are. For example, those students who belalajarnya psychomotor type, will tend to play a ballpointnya, knocking into the table and not be silent. While they are visually gifted, tend to look out the window, searching for visual grip. Therefore, the learning process that uses a multi-media vareasi will make a visual learner type feel excited in learning. Only children are auditory, tend orderly sat, listening.
"All of these types of learning require treatment and pembelajaranyang strategies vary. That's called "clinical grade", ie educators are able to see the various fundamental differences vareasi every learner. "
Good teachers should be able to mengorkestrakan this.
So even in the writing process.
In writing there is also what is called "Clinical-writing", which deals with the introduction of a variety of "nervous writing" that works in the soul when people were writing, writing nerve here introduced not as a theory of writing, but as a praxis (structured activities) to understand how the soul works in writing.
Through this praxis-and with the help of instructor-assisted students "understand" and in turn "tasted" the workings of the soul (the role of "nervous writing") in the works of writing primarily childbirth-book as a product that requires a complex organization, in a manner applicable, easily felt, fun and enlightening.
In essence the various kinds of "Neural writing" can and should be trained to understand and function in a sustainable manner so that writing activities (fabricated) can be fun and enlightening for the students.
"So nervous writing here, much as the process learn how to learn (to learn about the workings of the soul bagaima in writing so that it is capable of managing themselves to productive leisure-as-writing process under any circumstances throughout life, reflecting to himself and society.
Exemplifies what is meant "Neural writing", the author of the book Mind Writing appoint the fishing activity. Although everyone likes to eat fish, but not everyone likes how to get a fish-like with fishing, especially fishing in the sea, the evening again.
Fishing takes "patience". Patience to wait, patiently to bear uncertainty (can fish or not), even anxious to face the risk can not be anything.
Another example, fasting claimed that the religion of Allah, "Fasting is for ME", also referred to strengthen your fasting (human), and fasting also means "to refrain" who paid the most beautiful in the world, will meet his Lord is when water gets mouthful tenggerokannya. Although it is easy, but not everyone is biased successful "Manahan myself" this evidence, a lot of people who when fasting just got hungry and thirsty.
Three things (fishing, fasting) requires patience, endurance, faiths-three elements "abstract" subtle, but if the "durability" is not there, then someone is not able to run it.
This is a "psychiatric nerve", there are real though invisible (yangible / intangible), as well as clinical circumstances when someone is writing-writing-moving various forms of "Neural writing" which if not properly trained, structured, awakened, and mapped,
the authors will not reach the highest authorship Makom, when he "met the Lord"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar